0

Bila Lelaki Kehilangan Tulang rusuknya!




WANITA : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?

LELAKI : Kamu!!!

WANITA : Menurut kamu, saya ini siapa?

LELAKI : (Berfikir sejenak, lalu menatap WANITA dengan pasti) Kamu, tulang rusukku.

Karena Allah melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam sedang terlelap tidur, Allah mengambil rusuk Adam dan menciptakan Hawa. Semua LELAKI mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hatinya...

Setelah menikah, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sementara. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kelelahan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari pada akhir sebuah pertengkaran WANITA lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak "Kamu tidak mencintai saya lagi!!!".



LELAKI sangat membenci ketidakdewasaan WANITA dan secara spontan juga berteriak "Saya menyesali perkawinan ini! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!!!"

Tiba-tiba WANITA terdiam, dan berdiri kaku untuk beberapa saat.

LELAKI menyesali akan apa yang sudah dia ucapkan, tetapi seperti air yang telah tertumpah tidak mungkin untuk diciduk kembali. Dengan berlinang air mata, WANITA kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. "Kalau saya bukan tulang rusukmu, biarkan saya pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing". 

Lima tahun berlalu. LELAKI masih belum menikah lagi, tetapi berusaha mencari kabar akan kehidupan WANITA. WANITA pernah ke luar negeri tetapi sudah kembali. Dia pernah menikah dengan seorang asing dan bercerai. 

LELAKI agak kecewa saat mengetahui WANITA tidak menunggu, seperti dirinya.

Dan di tengah malam yang sunyi, dia meminum kopinya dan merasakan sakit dihatinya. Tetapi LELAKI tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan WANITA.

Suatu hari, mereka akhirnya bertemu kembali. Di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas.



LELAKI: Apa kabar?

WANITA: Baik... Kamu sudah menemui tulang rusukmu yang hilang?

LELAKI: Belum.

WANITA: Saya akan terbang ke New York dengan penerbangan berikut. Saya akan kembali 2 minggu lagi. Telepon saya kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon saya kan ? Tidak ada yang berubah. 

WANITA tersenyum manis, berlalu di hujung lafaz "Selamat tinggal.."

Satu minggu kemudian, LELAKI menerima kabar WANITA adalah salah seorang korban Menara WTC. Malam itu, sekali lagi, LELAKI meneguk kopinya dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah kerana WANITA, tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Kita menempiskan 99% kemarahan walau kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya adalah penyesalan. Seringkali penyesalan itu datang kemudian, akibatnya setelah kita menyadari kesalahan kita, semua sudah terlambat...

Kerana itu, jagalah dan sayangilah orang yang dicintai dengan sepenuh hati... Sebelum mengucapkan sesuatu berfikirlah dahulu, apakah kata-kata yang kau ucapkan akan menyakiti orang yang dicintai? Kira merasakan akan menyakitinya, sebaiknya jangan pernah dilafazkan. Karena semakin besar risiko untuk kehilangan orang yang dicintai.


Jadi berfikirlah, apakah kata-kata yang akan dilafazkan sebanding dengan akibat yang akan diterima?? 




0

Haduh kocak nih


"3 Hari lagi Dunia Kiamat"

Ketika Tuhan memanggil para presiden dari tiga negara, AS, Cina, dan Indonesia untuk dimarahi. Dari Amerika muncul Barack Obama. Dari Cina datang Presiden Ma Ying-Jeou. Dari Indonesia diutus Boediono.


Setelah habis-habisan mencela tindakan pemimpin dunia ini, Tuhan menyampaikan bahwa Ia sudah muak dan memutuskan dalam tiga hari dunia akan kiamat. Tiga pemimpin ini disuruh kembali ke negaranya untuk menyampaikan keputusan Tuhan kepada rakyat mereka masing-masing.


Ketiga pemimpin pulang ke negara masing-masing sambil putar otak, bagaimana menyampaikan kabar buruk ini kepada rakyatnya.



Di depan Kongres Amerika dan disiarkan langsung di TV, presiden Obama mencoba menjelaskan: “Congressmen, ada kabar baik dan ada kabar buruk. Pertama kabar baik dulu. Tuhan itu benar-benar ada, seperti yang kita yakini. Kabar buruk : Tuhan akan memusnahkan dunia ini dalam tiga hari.”


Hasilnya payah, terjadi kerusuhan dan penjarahan di mana-mana.


Di depan Kongres Partai Komunis Cina, Ma Ying-Jeou memodifikasi taktik Bush : “Kamerad, ada kabar baik dan ada kabar buruk. Pertama kabar yang baik dulu. Ternyata Marx, Stalin, Ketua Mao dan para pendahulu kita salah, Tuhan itu benar-benar ada. Kabar buruk: Tiga hari lagi Tuhan akan mengkiamatkan dunia ini.”


Hasilnya lumayan, orang-orang Cina pada berlarian, heboh dan menangis ketakutan dan membanjiri tempat ibadah, hendak bertobat.


Yang paling sukses Boediono !


Di depan sidang paripurna DPR yang disiarkan langsung, ia tersenyum sumringah : “Saudara sebangsa dan setanah air, saya membawa dua kabar baik. Kabar baik pertama: “Sila pertama Pancasila kita sudah benar, Tuhan itu benar-benar ada.” Kabar baik kedua: “Dalam tiga hari semua masalah energi, pangan, kemiskinan, terorisme, dan penderitaan di Indonesia akan segera berakhir !”


Sukses besar, seluruh rakyat larut dalam pesta dangdutan dan pawai di mana-mana…….

sumber : kaskus.us
0

Kisah Kasih




Cinta Bukan Sekedar Kata-kata


Ayah telah meninggalkanku dan adik-adikku selama-lamanya. Kala itu aku masih kelas dua Sekolah Menengah Umum (SMU). Sedangkan tiga adikku masing berselisih dua tahun satu sama lain. Adikku yang terkecil baru berusia 10 tahun Kini, Ibu menjadi penyokong utama kebutuhan keluarga..

Ibu menjual barang apa saja yang bisa dijual. Berbekal uang asuransi dari kematian Ayah, Ibu mulai berdagang barang apa saja ke teman dekat, keluarga dan orang yang dikenalnya. Tentu saja penghasilan Ibu tak langsung bisa menyamai pendapatan Ayah. Itu bisa terlihat dari menu makanan yang jauh lebih sederhana daripada sebelum Ayah meninggal.

Ibu belum lapar, Nak. Makanlah kalian. Nanti Ibu menyusul. Oh iya, ikan itu, ibu sedang mual. Kalian habiskan saja.

Ibu mempersilahkan kami menyantap ikan yang hanya ada lima potong. Ibu membiarkan kami memakannya. Aku tahu, ibu tidak mau berterus terang saat itu.

Saat aku lulus SMU, kala itu udara begitu terik. Aku lulus dengan nilai terbaik. Kulihat ibu dengan mata berkaca-kaca memelukku dengan bangga. Ia menuangkan sirup manis yang segar, sesegar wajahnya. Lalu sirup di gelas kecil disodorkannya padaku. Aku tahu Ibu sangat lelah karena keringatnya bercucuran dari dahinya.

Ibu saja yang minum. Ibu pasti sangat haus. Aku mencoba mengembalikan gelas kecil itu pada ibu.

Tidak, Nak. Aku tidak haus. Minumlah, ini untuk prestasimu yang membanggakan.

Aku tahu, ibu juga tak bereterus terang saat itu.

Aku sudah memasuki masa kuliah. Kini ibu jauh dari jangkauanku. Ibu bekerja lebih keras lagi untuk membiayaiku. Kudengar kabar itu dari adikku, Ibu kini sering bangun malam untuk menyiapkan dagangannya yang akan dibawa ke pasar pagi-pagi sekali. Pernah aku menelponnya pada malam hari sekitar pukul 02.00. Kudengar suara ibu sangat perlahan. Aku tahu Ibu bekerja dalam kondisi kantuk yang sangat

Ibu, tidurlah, Ibu kan besok harus berangkat pagi.

Tidak,Nak. Ibu sudah tidak mengantuk lagi. Suara Ibu dari telepon begitu lemah.

Aku tahu, lagi-lagi Ibu tidak berterus terang padaku kala itu.

Setelah lulus kuliah, aku beruntung bisa mendapat pekerjaan dengan gaji yang lumayan besar. Kusisihkan gajiku untuk kukirim pada Ibu di kampung halaman. Tapi apa yang terjadi, Ibu malah mengembalikan uang itu yang diselipkan pada sebuah surat. Dalam surat itu, tertulis:
Ibu masih ada uang, Nak. Jangan merepotkan. Simpan saja, mungkin kamu lebih butuh.

Aku menenteskan air mata. Aku tahu Ibu lagi-lagi tak mau berterus terang padaku.

Belum lama setelah aku menikah, kudengar dari teman satu kampung Ibu sakit parah. Mendengar berita itu, saya langsung berangkat pulang untuk menjenguk Ibu. Saat aku tiba di Rumah Sakit, kulihat tubuh tua itu terbaring lemas di ranjang. Hatiku begitu pilu dan sedih melihat keadaan Ibu. Namun Ibu mempersembahkan senyum yang sangat manis saat aku menatap wajahnya. Aku kemudian mencium tangannya sambil meneteskan air mata.

Jangan menangis anakku, Ibu tidak apa-apa, kok. Sebentar lagi sembuh.
Ibu, aku sayang Ibu. Balasku sambil memeluknya erat.

Dua hari setelah ibu mengucapkan kata itu, beliau meninggalkan kami untuk selamanya, menyusul Ayah.

Ibu, kini aku mendapat pelajaran berharga tentang pengorbanan, membangkitkan semangat, menenangkan hati, kegigihan, kerendahan hati dan kasih sayang tak bertepi dari ketidakterustenganmu, Ibu. Aku tidak mau mengatakannya itu sebuah kebohongan. Bagiku, kau tidak pernah berbohong meski kata-katamu tak sesuai dengan apa yang kau tampilkan.

Ibu, kau mengajarkan aku bagaimana sikap dan perbuatan itu lebih bermakna.

daripada kata-kata. Kau selalu ingin menutupi kemuliaanmu dengan kata-kata yang merendah. Kau telah mewujudkan cinta bukan dari kata-kata, tapi cinta dari hati, sikap dan perbuatan. Bukan cinta palsu yang diumbar lewat kata-kata berbunga dan manis tapi terasa pilu dan menusuk hati karena gersang dari sikap dan perilaku kasih sayang.

Sahabat, beruntunglah kita yang masih memiliki ibu, ayah, guru atau sahabat yang cintanya jujur, karena sikap dan perilakunya yang tak menyalahi janjinya pada cinta kepada Tuhan-Nya dan kasih sayang pada manusia.



Oleh : Achmad Siddik Thoha








 
0

Sejumput Kata Mutiara...



Cinta tak kan datang jika kau mencari orang yang sempurna...
tapi cinta akan datang jika kau mampu menerima ketidaksempurnaan dia, dan mencintai dia denga cara yang sempura pula.. ^_^





A woman has amazing strengths..
She can deal with stress and carry heavy burdens
She smiles when she feels like screaming..
She sings when she feels like crying..
She cries when she’s happy..
And she laughs when she’s afraid.
There’s only one thing wrong with her,
She forgets what she is worth…



Bersikaplah KUKUH seperti BATU KARANG yang tidak putus-putus-nya dipukul OMBAK. Ia tidak saja tetap berdiri KUKUH, bahkan ia menenteramkan amarah OMBAK dan GELOMBANG itu.



KADO TERISTIMEWA untuk sang kekasih adalah KESETIAAN

ISInya adalah JUJUR, MENEPATI JANJI, DAPAT DI PERCAYA (AMANAH)

BUNGKUSnya adalah SABAR

PITA PENGIKATnya adalah RIDHO



0

Renungan


"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua 

kelezatan, yaitu kematian!"


Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”

Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara


Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.







0

Arti Warna Ruanganmu..

WARNAI RUANG   
Bangkitkan Perasaan



MERAH
Inspirasi untuk semangat dan keakraban. Secara psikologis dianggap warna yang baik untuk ruang tidur dan ruang tamu.


KUNING
Mencipatakan kegembiraan dan sering identik dengan sinar matahari. Secara psikologis kuning cocok untuk ruang ruang yang ingin diubah nuansanya dari gelap dan muram menjadi cerah dan seria


BIRU
Secara psikologis bermakna tenang dan sunyi. Diasosiasikan dengan air. Pilihan tepat untuk ruang tidur dan ruang tamu.
Biru juga memberi efek booster. Jika diterapkan di ruang kantor, para pekerja akan lebh mudah berkonsentrasi, fokus, kreatif, dan lebih produktif.


HIJAU
Identik dengan perasaan alami dan damai dalam dekorasi. Psiokologi warna menyarankan hijau dapat digunakan di ruang mana saja karena bersifat mengundang dan welcoming.


ORANYE                           
Secara psikologis menciptakan mood hangat dan membawa kebahagiaan. Merupakan warna yang baik untuk digunakan di ruang tamu atau keluarga.

UNGU
Penting dalam psikologi warna karena diyakini paling efektif dalam menciptakan mood tenang dan sunyi. Cocok untuk diterapkan di ruang penyembuhan yang terdapat di rumah sakit

WARNA-WARNA PASIR, KERANG, KARANG, MUTIARA DAN RUMPUT  LAUT
Merupakan warna warna netral yang menciptakan kesan damai. Disarankan untuk diterapkan pada dinding dan furnitur.

WARNA WARNA MERAH MUDA, BUAH BUAHAN BEERY, DAN KRAYON
Warna warna permainan yang meciptakan mood semangat dalam ruang. Tapi hati hati, jika terlalu mencolok akan mengakibatkan perasaan yang lelah dalam ruang. Gunakan dalam porsi yang tepat sehingga dapat membangkitkan mood aktivitas, bermain, bergerak, dan kebebasan. Jika diterapkan dalam ruang anak, warna warni ini harus dipadankan dengan warna warna netral supaya mood yang terbangun tidak terlalu melelahkan akibat  terlalu banyak aktivitas.

WARNA WARNA KELABU, BIRU, MERAH, BURGUNDY DAN CRANBERRY
Menciptakan mood yang menimbulkan intelektual. Warna warna ini juga membawa manusia untuk berpikir tentang travel dan pendidikan. Bergantung pada gelap terangnya, dapat digunakan baik sebagai warna dominan dalam ruang ataupun aksen yang cocok dipadu dengan warna netral.

0

Catatan seorang kawan


CATATAN RINDU DARI DIES EMAS FAPERTA UNPAD

Rinduku pada kalian membuat kisahku menjadi warna-warni kawan

Mentari menyala disini
Disini didalam hatiku
Gemuruh api nya disini
Disini diurat darahku


Sore itu hujan lebat mengguyur kota Bandung, hujan yang sekejap sempat mengurungkan niat saya mengarahkan kemudi ke Jatinangor, bagian kota kecil dimana Pangeran Kornel pernah menyalami Deandles dengan tangan kirinya seraya tangan kanan menggengggam kepala keris. Untunglah seorang Achdya Kusuma yang baik hati tak sedikitpun ragu menjemput saya untuk melanjutkan perjalanan yang sempat saya urungkan.

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri sekitarku
Tak satupun yang mampu menghalangimu
Menyala di dalam hatiku...


Ya, sore itu di Jatinangor tengah berlangsung perhelatan Dies Natalies 50th Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Entah apa sesungguhnya yang menguatkan niat saya berkunjung kesana. Meski saya tak terlalu yakin akan ada kawan-kawan satu angkatan saya yang hadir disana. Tapi, takdir takkan mengubah ketentuannya akan hal ini. Sore itu tepal pukul 5 saya menginjakan kaki di kampus itu lagi, kampus yang lama tak saya sambangi, kampus yang memberi arti besar dalam kehidupan saya. Kampus yang telah mengajarkan tentang arti kebersahajaan. Kampus yang telah memberikan takdir jodoh juga pada saya. Kampus yang hari ini telah berubah menjadi kampus yang cantik, sehingga basahnya air hujan menjadikan langit sore itu tampak manis sekali.

Walhasil berjumpalah saya dengan Fikri Rabbani yang ternyata masih setia menanti senja yang lembut di Jatinangor, kemudian saya bertemu Budian Sahala dan Jacko, kawan-kawan muda yang tampaknya masih betah di kampus yang telah menjadi sangat berbeda itu. Berbincanglah kita tentang kerinduan dan kabar-kabar, sebuah sapa yang berkesan basa basi tapi bermakna besar ketika terucapkan sore itu. Tak lama dari kedatangan saya, Abah Iwan Abdurrahman datang seorang diri saja. Tumben.

“Damang bah?”, sapa saya pada Abah sembari bersalaman

“Alhamdulillah”, jawabnya dengan keramahan yang sama

“Teu sareng Kang Eric?”, tanya saya lanjut, sebab biasanya Abah hadir bersama kang Eric Martialis.

“Henteu, Kang Eric tos tipayun... “ begitu jawab Abah sembari mengisi buku tamu lalu dilengan kanannya disematkan pita berwarna hijau.

“Abah tipayun nya ngga, tos diantosan diluhur...”, sembari menunjuk gedung Dekanat.

“Mangga bah”, jawab saya yang tengah direcoki marketing kartu kredit berkedok kartu alumni Unpad.

“Maaf mbak, tapi saya ga suka pake kartu kredit. Riba mbak, riba.”, jawab saya pada si mbak berkerudung yang telah berbicara panjang lebar.

Dengan pita hijau tersemat dilengan kanan dan nametag tergantung didada pemberian kawan-kawan 2009 saya bergegas menuju gedung 5. Ya, gedung 5. Gedung yang telah menghisap sebagian besar hidup saya di Jatinangor. Ditangga gedung itu menuju plasa, sekilas tampak bayangan 3-8 tahun yang lalu. Bayangan kawan-kawan menjuari Sepak Bola Ria, bayangan Kawan-kawan Kotakhijau berdiskusi tentang apa saja, juga bayangan kebersamaan dan rindu yang dimuntahkan dalam kilasan-kilasan foto masa silam. Hmm... senja itu untuk pertamakalinya saya bersama Fikri Rabbani merasakan nostalgia yang mesra.

Magrib dikejauhan terdengar lamat-lamat tepat disaat saya berjumpa dengan Jiun, Opik, Ebes, Gelar, dan beberapa kawan-kawan The Docs yang dikomandoi Eri Mochtar. Hmm... Nostalgia tercipta lagi... pertanyaannya masih sama tentang kabar dan kabar yang sama sekali tak terdengar basa-basi, bahkan lebih terkesan sapaan rindu yang dalam. Lalu berkenalanlah saya dengan anak muda bernama Goro seorang wakil ketua Himagro yang mengajak saya berbincang pendek tentang Food Not Bomb, lalu Food For Resistance. Sore itu bergeser dari obrolan rindu menjadi persoalan pangan yang runyam. Persoalan pangan yang tak kunjung usai, meski 50 tahun sudah Fakultas Pertanian Unpad dengan gagah berdiri di tanah pertiwi ini. Hmm... romantisme menjadi paradoks yang runyam. Hingga tercetus janji saya untuk berbagi dengan lebih panjang persoalan ini pada kawan-kawan Himagro. Tanpa ragu sedikitpun, sore itu dengan diiringi kumandang adzan saya memberikan kartu nama saya pada Goro sebagai pertanda saya siap kapan saja untuk diajak berdiskusi tentang apa saja.

Selepas menunaikan solat maghrib lalu saya jumpai Nonon ada disana juga, kemudian Budidaya Unpad 2001 menjadi 3 oranglah sore itu. Dengan ditemani sajian makan malam, saya, Fikri, dan Nonon kemudian berbicara tentang segala ditemani Pak Ranu, Pak Nana, dan Pak Ading. Tiga orang lelaki yang memiliki jasa cukup besar bagi kawan-kawan mahasiswa Fakultas Pertanian dia era saya, bahkan konon sampai hari ini. Jika boleh saya mengutip istilah Abah Iwan Abdurrahman mereka inilah “Akar”. Ya, mereka inilah akar pohon-pohon yang banyak dilupakan, tersembunyi dari cerita atau lagu. Jangankan lagu, bahkan tiada orang peduli. Akar. Ya, merekalah akar itu.

Pertemuan menjadi semakin besar, oleh kedatangan Gari dan Sulis, dan ketika kita bergerak menuju gedung 5 kembali kita disambut oleh Sofi dan suami, lalu ada Didiet ’99, Yayu ’99 dan Salman anak mereka . Wow, rindu bertambah menjadi besar. Konon Hawari, Agah, Vidi, Hilmi, dan Kholid akan menyusul, kelimanya angkatan ’99.

Akhirnya panggilan MC di plasa mengiring kita berjalan menuju plasa yang telah ramai terisi orang-orang. Ya, orang-orang yang menyimpan rindu yang sama pada almamaternya. Di plasa itulah akhirnya kami berjumpa dengan Riza Rinjani ’98 yang sekarang telah memiliki karir yang cukup cemerlang di sebuah bank besar tanah air. Obrolan tak terlalu panjang sebab dinginnya Jatinangor malam itu menarik kami untuk menikmati segelas kopi yang disediakan di ruang dekanat. Dengan diiringi segelas kopi pahit dan teh manis, bincang-bincang dengan kawan-kawan ‘99 berlangsung lebih intim. Hingga setelah cukup hangat kami kembali ke plasa untuk menikmati acara yang dinanti-nanti, yaitu pertunjukan GPL (Grup Pecinta Lagu) Unpad yang menjadi legenda.

Sebelum pertunjukan GPL, dipanggung MC mendulat dua orang angkatan pertama Faperta Unpad, keduanya kini menjadi dosen Faperta Unpad. Mereka memberikan Orasi Kilas Balik 50 tahun Faperta Unpad yang oleh keduanya diplesetkan menjadi “orasiap” karena konon mereka tidak mempersiapkan apa-apa untuk obrolan malam ini. Walhasil orasi kilas balik yang biasanya menjemukan menjadi sangat cair dan segar. Hatur nuhun Kang eceu ’59 yang telah mengingatkan kita untuk terus bersyukur bahwa hari ini ilmu sangat mudah diperoleh. Tak sesulit di era mereka. Salut saya buat mereka, angkatan pertama, yang menjaid cikal bakal kebersamaan yang tertanam hingga 50 tahun Faperta berdiri.

Akhirnya MC mempersilahkan GPL yang dikomandani Abah Iwan untuk naik ke atas pentas. Sebelumnya ada grup Vokal Grup Faperta Unpad, yang membawakan lagu Manuk Dadali yang sepertinya cukup untuk memanaskan malam yang terasa semakin dingin. Malam itu GPL tampil dengan personil yang hampir lengkap, bahkan Aom Kusman yang akrab disapa Unang oleh kawan-kawannya pun hadir malam itu. Sungguh sebuah penampilan yang sepertinya akan monumental. Sebelum GPL bernyanyi, Abah Iwan memanggil dulu Kang Aat Suratin untuk menyampaikan pembuka. Seperti dalam kebiasaan acara yang dibuka Aat Suratin, malam ini pun Lagu Indonesia Raya membuka pertunjukan dengan sangat khidmat, setelahnya Kang Aat berkisah tentang GPL.

GPL membuka pertunjukan dengan sebuah folksong yang sepertinya dari timur tengah yang saya pernah dengar dari kaset rekaman yang 3 tahun lalu diberikan kang Eric Martialis pada saya dan kawan-kawan _sindikat semutmerah yang saat itu membuat video profil Universtias Padjadjaran. Lagu kedua adalah sebuah lagu perang yang saya duga masih sebuah folksong dari timur tengah, dengan tempo yang menghentak cukup membuat kita berdendang dan menimbulkan semangat yang mantap malam itu.

Setelahnya Kang Iwan menyanyikan sebuah lagu pendek yg saya dengar pertamakali dimalam “Boykot” PAM 2002. Liriknya seperti ini, KMFP my unique one/Please tell me where your home/My home it sit’s in priangan/It’s made of wood and stone.Sebuah lagu yang membuat saya ingin membuat rumah yang terbuat dari kayu dan batu untuk membesarkan anak-anak saya juga ruang pertemuan saya dengan kawan-kawan untuk berbuat yang berarti bagi masyarakat.

Lagu yang katanya lagu penutup adalah lagu MENTARI yang sengaja dipersembahkan bagi kawan-kawan mahasiswa agar tetap memiliki semangat seterang matahari. Khususnya lirik yang dinyanyikan berulang.

Hari ini hari milikmu
juga esok masih terbentang
dan mentari kan tetap menyala disini diurat darahmu


Lagu ini sengaja oleh saya dijadikan pembuka tulisan ini. Sebab lagu inilah yang cukup memberi semangat bagi saya untuk tetap bertahan di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran khususnya setelah peristiwa Boykot PAM 2002. Lagu ini konon diciptakan ketika terjadi pendudukan kampus Dipatiukur oleh militer ketika akhir kejayaan orde lama. Dari sejak diperdengarkan pertamakali hingga hari ini lagu Mentari terus memberikan semangat yang berarti bagi hidup saya hingga kini.

Mentari menyala disini
Disini didalam hatiku
Gemuruh api nya disini
Disini diurat darahku


Hmm,akhirnya pertunjukan harus usai juga. Dinyanyikanlah satu lagu setelah endcore. Lagu “Almamater” lah yang dinyanyikan sebagai penutup yang merupakan lagu favorit Profesor Ganjar Kurnia ,Rektor Unpad saat ini yang merupakan lulusan Fakultas Pertanian. Yang seperti diutarakan Abah Iwan lagu ini telah menjadi sakral bagi mereka, dan kita semua.

Kan kutunjukan padamu
Kan kubuktikan padamu
Rasa bangga dan baktiku Almamater

Meski telah jauh darimu
Meski kau kutinggalkan
Rasa bangga ku padamu almamater

Dengan lindungan Tuhanku
Dengan semangat darimu
Ku akan selalu berjuang, almamater


Hadirin meletakkan tangan kanan di dada kiri nya sembari malantunkan lagu itu. Setelahnya riuh semangat dan Standing Aplaouse dipersembahkan tak hanya bagi GPL yang tampil dahsyat malam itu, khususnya bagi Almamater kita Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Selamat Ulang Tahun Emas Fakultas Pertanian, rasa bangga dan baktiku untukmu.

Kini saya tahu, apa yang menguatkan niat saya untuk menghadiri Dies Natalies Emas Faperta Unpad.

Rasa bangga dan baktiku Almamater.

untuk almamater dan bangsa ini...


12 Oktober 2009 | 13:14
anggawedhaswhara




Tak terasa air mata kerinduan pun menetes syahdu... terimakasih buat kang anggawedhaswhara.. nice note :)
2

Milikilah sifat-sifat ini ..^_^..


BERDOA - membuat dirimu kuat, 

MURAH HATI- membuat dirimu diberkati, 

GEMBIRA- membuat dirimu sehat, 

SENYUM-membuat dirimu manis 

RAMAH-membuat dirimu disukai, 

SABAR-membuat dirimu bijak, 

LEMAH LEMBUT -membuat dirimu dikagumi 

SETIA-membuat dirimu dicintai, 

MENGASIHI-membuat dirimu mengerti arti kehidupan.


0

Tips jadi lebih sabar..


Tips Cara Melatih kesabaran Kita Menghadapi Berbagai Situasi, Kondisi Dan Toleransi


Setiap orang pasti ingin memiliki kesabaran tingkat tinggi. Tetapi bagaimana caranya agar kita bisa bersabar ketika sedang menunggu teman yang sudah membuat janji dengan kita tetapi teman yang kita tunggu tidak datang-datang?
Nah, untuk menumbuhkan kesabaran yang kita miliki ada beberapa kiat, antara lain :

Pertama
berpikir positif terhadap hal-hal yang menimpa kita. Anggaplah itu adalah ujian bagi kiat dan kita akan lulus ujian.

Kedua
perbanyak membaca ilmu pengetahuan. Hal ini dilakukan agar kita bisa memahami lebih banyak tentang kekurangan yang kita miliki, sehingga kita akan semakin merasa betapa banyaknya ilmu pengatahuan yang belum kita miliki. 

Ketiga
berkumpullah dengan orang-orang yang banyak ilmunya.

Keempat
berlatih memasukkan benang ke lubang jarum, dan yang dipilih adalah jarum yang ukuran paling kecil.

Kelima
maafkan selalu kekurangan oarang lain yang mungkin membuat anda marah. Yakinkan diri bahwa setiap manusia pasti memilki kekurangan masing-masing.


Memang tak kan semudah mengucapkan,,, tapi coba lah dulu ^_^
Selamat mencoba.
Siguiente Inicio