0

JANGAN BENCI AKU MAMA!



KELAHIRAN ANAKKU      


20 tahun yang lalu bayi laki-laki tampan lahir tetapi agak terbelakang , suamiku Sam memberi nama Eric.
Dua tahun kemudian anak kedua lahir, bayi perempuan cantik dan normal, kuberi nama Angelika.
Aku sangat sayangi Angelika tetapi tidak perduli dengan Eric.    
Baju Eric hanya beberapa potong saja. Sam sering mau membelikan tetapi aku selalu mencegah      
Angelika sering dibawa ke taman hiburan dan ke tempat lain tetapi Eric selalu kutinggalkan di rumah.        
Aku tawarkan Eric kepada siapa saja yang mau mengadopsi untuk pelayan/budak, tapi tidak berhasil.      


MASA SULIT
Kami hidup sangat pas-pasan.         
Ketika suamiku Sam meninggal saat Angelika berumur 2 tahun dan Eric 4 tahun hidup lebih susah lagi. Dengan hutang yang bertumpuk aku nekat pergi ke kota membawa Angelika dan meninggalkan Eric di gubuk saat dia tidur nyenyak.     


HIDUP MULAI CERAH      
Setahun, 2 tahun, 3 tahun, 5 tahun …… 10 tahun telah berlalu sejak kejadian tersebut.
Selama 5 tahun terakhir saya telah menikah dengan Brad.         
Berkat Brad sifat saya yang pemarah, egois, tinggi hati berubah sedikit-sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.    
Angelika berumur 12 tahun dan disekolahkan di asrama putri Perawatan          .
Tidak ada yang ingat tentang Eric dan tidak ada yang mengingatnya,……         
Sampai suatu malam ……     

MIMPI YANG MENGINGATKAN
Saya tersentak bangun, rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh berkecamuk berputar seperti sebuah film.    
Rasanya mau mati saja, ya saya harus mati…       
Tinggal seinci pisau dari pergelangan ketika bayangan Eric melintas        
dan saya berteriak :  
“ Eric mommy datang menjemputmu!”       

ANUGERAH TUHAN
Sore itu saya memarkir mobil di depan sebuah gubuk. Suami saya Brad menatap dengan heran “Apa yang sebenarnya terjadi?” 
“Oh, Brad kau pasti membenciku setelah apa yang terjadi”, tapi dengan terisak-isak saya ceriterakan juga semua yang terjadi.  
Ternyata Brad merupakan anugerah Tuhan buat saya, dia begitu penuh pengertian dan membimbing saya menuju ke gubuk.     

Saya mulai teringat betapa gubuk ini pernah saya tinggali berbulan-bulan bersama Eric
10 tahun lalu. 

Saya juga ingat betapa saya tidak senang jika Erik ada di dalam gubuk, sering saya suruh menunggu di luar.           
Sepuluh tahun yang lalu saya tinggalkan Erik saat dia tidur nyenyak. Dimanakah engkau sekarang?           


ERIC SAYANG DIMANA ENGKAU?
Saya melangkah ke gubuk gelap dan reyot, mata nanar mencari-cari Erik. Di bawah dipan, dibelakang lemari, disudut dapur tempat-tempat biasanya Erik sembunyi, tak kunjung kulihat.   

Mataku berkaca-kaca, air mata mengucur tak tahan saat kulihat potongan kain butut sisa selimut yang biasa Erik pakai. Dimanakah engkau Eric …….     
Akhirnya saya keluar dari gubuk dan kembali ke mobil dengan rasa hampa dan sakit menyengat di dada   .

TEGURAN YANG MAHA KUASA           
Saat mobil mulai bergerak, dan cuaca menjelang gelap dari kaca spion kulihat seorang wanita tua datang mengejar mobilku.    
Saya tersentak betapa kotornya dia.         
Lebih tersentak lagi ketika dia menegur dengan suara keras: ”Siapa kau, mau apa kau kemari?”     

Dengan memberanikan diri saya bertanya:
”Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di gubuk ini?”

:“Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk, sejak kamu tinggalkan dia 10 tahun yang lalu dia selalu memanggil, “Mommy,…. mommy”.    
Karena tak tega sering aku beri makan, aku ajak dia tinggal di gubukku. Meskipun aku miskin dan hanya seorang pemulung, aku tidak akan pernah meninggalkan anakku seperti itu!  
Tiga bulan lalu EriC meninggalkan secarik kertas ini. Ia berbulan-bulan belajar menulis hanya untuk menulis pesan ini untukmu…..

PESAN ERIC
”Mommy, kenapa mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama EriC ya! Biarlah EriC yang pergi tapi mommy jangan marah lagi sama EriC,            
Bye mom…! ” 

Saya menjerit histeris:
”Bu, tolong katakan dimana Eric sekarang, saya berjanji akan menyayanginya, saya berjanji tidak akan meninggalkannya. Tolong katakan…!          
SESAL KEMUDIAN ……….      
“Nyonya, semua sudah terlambat. Kemarin ERIC TELAH MENINGGAL di belakang gubuk. Tubuhnya sangat kurus dan lemah. Ia tidak berani masuk ke gubuk takut jika mommynya datang, dan melihatnya ia ada didalam, mommynya akan pergi lagi”.       
“Ia hanya berharap melihat mommynya dari belakang gubuk. Meskipun hujan deras dan kondisi badan lemah ia tetap besikeras menunggu nyonya disana. Nyonya dosamu tidak akan terampuni!”

Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi     

***

Sahabat, Tuhan menciptakan makhluk-Nya tidak dengan main-main dan dengan kesia-siaan. Setiap yang diciptakannya “sempurna”. Pandangan manusialah yang membuat sesuatu yang sudah “sempurna” berubah menjadi tidak sempurna dan kemudian mengacuhkan, meninggalkan bahkan menelantarkannya. Kita dititipi sebuah amanah dari-Nya yang sempurna. Kita tak berhak menghindar atau bahkan membiarkannya, karena kita tidak menciptakan.       

Sahabat, pada setiap makhluk ciptaan-Nya, seburuk apapun padangan manusia menilainya, pasti ada manfaat dan kelebihannya. Juga sebaliknya, sebagus apapun manusia memandang sebuah makhluk pasti ada kekurangan darinya. Lalu mengapa kita bersikap melebihi kuasa-Nya dengan merendahkan, mengacuhkan dan mebiarkan sebuah makhluk yang mulia bernama manusia hingga kemudian dia merasa rendah dan terabaikan. Atau kita memuliakan cipataan-Nya melebihi dari keagungan-Nya.        

Sahabat, ada kemuliaan yang tak ternilai dari setiap kesabaran kita. Pasti ada mutiara yang akan diberikan-Nya pada kita setelah kita bertahan menyelam dalam lautan ujian-Nya. Kita pasti akan melihat pelangi yang indah setelah kita mampu bertahan berada dalam guyuran hujan musibah dan tiupan badai masalah.       

Sahabat, terlalu banyak nikmat yang belum bisa kita syukuri daripada masalah yang mampir dalam hidup kita. Sahabat, bersyukurlah karena dalam setiap masalah ada pandangan kasih sayang dari-Nya.   








*Kisah nyata di Irlandia Utara. Di Copy dari Bahan Kuliah "Pelajaran Hidup" Prof. Dr. Jajah Koswara, Sekolah Pascasarjana IPB      

0 komentar:

Posting Komentar

Siguiente Anterior Inicio