0

Ayah... Maafkan Dita..

Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" .... Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?... Bagaimana Dita mau bermain nanti ?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..


0

Punclut - Lembang,,, 24 April 2011

Pendakian dimulai dari kaki punclut sekitar pukul setengah 9 pagi… bersama Wiwit Kurniati dan Defri Nastiti,, dua dari sekian sahabatku  ^_^. Dan berakhir pada pukul 2 siang di Lembang.

Gak nyangka loh kalow yang nama’y “Punclut” yang sering orang ceritain, begitu ramai kayak gasibu aja kalow hari minggu.. But that’s fine.. we still enjoy our journey ^^,, bahkan dengan begitu, pendakian kami gk terlalu melelahkan dengan adanya keramaian para pedagang dengan segala jenis dagangan yang dijajakan..itung-itung window shoping hahaha (sayang sekali tidak kami dokumentasikan). 




Tak terbiasa dengan jalur yang terus menanjak dan cuaca  yang mulai panas, kami pun berusaha menikmati perjalanan kami (padahal terlihat kami semua merasa capek :P). Setelah hampir 1 jam pendakian kami beristirahat dulu,, melihat kebawah tempat kami tadi berjalan,,, banyak sekali manusia yang juga berusaha naik dengan napas terengah2 juga.. 

Setelah sedikit foto sana foto sini, kami melanjutkan perjalanan.. setengah jam kemudian kami istirahat lagi (maklum sudah menjelang tua hahaha) di saung yang menjual tutut.. yaaaahh not bad lah,, murah meriah n lumayan enak juga.. kami pesan 2 mangkok, karena defri  gk mau ikutan manyun.. hehehe.

Hmmmm… crot croot… dengan sadis para tutut yang ada di mangkok pun kami sedot.. yah ada juga sih tutut yang bandel, memaksa kami harus pake tusukan untuk mengeluarkan daging c tutut.. (kami tak Kan menyerah sampe tutut terakhir ckckck).
Cukup kenyang dengan semangkok tutut,, kami pun segera melanjutkan perjalan kami yang masih jauh…

Haaaahhh capeeekk,,, hah heh hah hoh.. “naik naik ke puncak gunung capek capek sekali…” tak jarang juga kami harus berbagi jalanan dengan  motor, sepeda, mobil dan kuda.. jadi berasa di jalan raya daripada hiking ke gunung ^^. Yah tak  apa,, toh semua punya hak yang sama.. hehehe.

Jam 11 siang,, hayuuu istirahat lagi ahhh. Kali ini tempat yang kami pilih adalah saung untuk minum es kelapa muda (tapi gk peke es).. kami pesan 3. Buseeehhh,, guede banget nih kelapa.. kebayang aja kalow air kelapa kami abisin pasti bakalan penuh perut kami dengan air.. waah bisa menghambat perjalanan nih,, bunyinya “koclak koclak” ckckck :D

Menikmati segarnya air kelapa memang mantaps!!! Eeelaaah,, tiba2 ujan gede.. hmmm.. kami pun menunggu sampai ujan reda. Bahkan kami sempat pesimis dan terlintas untuk menghentikan perjalanan dan kembali lagi ke bawah. Tapi,, eiiittsss,,, gak  ada kata menyerah!! Mari kawan-kawan kita lanjutkan… SMANGAT…!!!

Perjalanan yang lumayan jauh dan melehlakan,, bahkan jari2 kakiku pun sempat lecet..xixixi, untung ada warung yang jualan plester.. Alhamdulillaah ^_^ 

Naiiik lagiii,,, lagii lagii.. (ada sih turunan  jg,, jalan yang landai pun ada,, jd jgn takut bakal nanjak terus). Semakin siang, semakin panas, walo sempat ujan tadi tapi tetap aja udara rasanya panas dan gerah. Bahkan jalanan yang kami lewati terlihat menguap. Bah, layaknya ada di sauna ajaaaaa :p. Tenaga kami banyak terkuras sehingga sedikit2 kami diam dan istirahat sebentar untuk sekedar mengistirahatkan kaki .

Jam 12 kurang 15 menit,,, setelah melewati perbatasan, kami sekarang berada di daerah penghasil kecimpring kabupaten lembang. Alhamdulillah kami menemukan mesjid.. “Mesjid Shodiq”. (Pemandangan dari atas sisni juga lumayan indah)… Tentunya sebagai mukmin/mukminat kita harus tetap melaksanakan kewajiban sholat, sooo… marilah qt sholat dzuhur dulu teman-teman. 

Air yang mengalir begitu dingin,,, menyejukkan hati, jiwa dan raga kami yang sudah lelah (lebaiii hihihi). Ketika itu pula turun  hujan kedua yang lebih lebat dan lama,, sempat menghentikan perjalanan kami. Didalam mesjid kami berbincang2 dan mengeluarkan perbekalan kami yang masih tersisisa,, topik yang kita bicarakan bukan topik yang berat (soalnya udah capek jd males bahas yang berat2… #ngeles) topik  jodoh ( yah namanya juga joblowati,, :p)  yang tak kunjung datang jadi topik yang menarik hehehe, sampai topik yang sedang hangat2 mewarnai berita2 di tv,, yaitu ttg NII. Yup,, sedkit cerita kelam masa lalu temanku ttg pengalaman’y membuatku bersyukur tak pernah megalami hal itu.. (thanx for sharing sist ^_^).

Naaah,,, reda juga.. dengan penuh semangat kami lanjutkan lagi perjalanan kami. Di puncak gunung, kami berhenti untuk melihat pemanandangan kota Bandung yang begitu kecil terlihat dari atas sini (merasa sedikit kesal karena gk punya kamera saku buwat mengabadikan pemandangan ini… :’(. Hey,, lihat teman2, dibawah sana ada juga seorang kakaek dan cucunya sedang berjuang menapaki tanjakan yang tadi kita lalui. Hayoooo kakek,, semangat semangat..!!!  mengagumkan betapa kakek tadi kuat untuk terus melakukan perjalanan ini…

Gak mau kalah!!!! Segera kami pun ingin menyusul kakek tadi. “Walau Raga Hancur Semangat haus Tetap Membara..!!” kata2 saat kami di ospek dulu, pada saat masuk kampus Faperta pun slalu berhasil menguatkan jiwaku saat lelah. Dan akhirnya kami berhasil menyusul sang kakek dan cucunya itu… hihiiii :D (sama kakek2 aja gk mau kalah…. ^^)

Dalam hatiku… “mengapa perjalanan ini tak kunjung berakhir yah,,, mengapa jalanan ini dibuat begitu panjang “ xixixixi… but,  finally.. kami sudah berada di PUNCAK TERKHIR.. sisanya adalah JALAN MENURUN. HOREEE…BEHASIL BERHASIL…!!! seketika itu pula senyum2 kami mengembang ,,padahal saat pendakian tadi kami seakan berlomba kontes manyun hahahaha (kembali lebaii n_n).

Subhanallooh,,, segarnya udara ini,,,dan betapa indah pemandangan yang kami lihat sepanjang perjalanan tadi,, ada puncak dan lembahnya,, bunga2 yang berwarna-warni, pohon2, rumput,, n they’re all green.. beautiful..  n we say “IT’S WORTHED..!!” ^_^
Our next journey: Tangkuban Perahu via Jayagiri or Manglayang…??? We’ll see… just be ready aja .. ^_^


“ To Wiwit n Defri.. makasih sudah berjalan bersamaku,, melewati susah dan senang bersama.. n that’s what  friends are for .. to share pain and joy ..”

Check this out... ^_^
2

Sebuah cerita tentang Persahabatan

Untuk semua sahabat, cerita dari Sahabat tentang persahabatan.
Berharap dapat memberi inspirasi yang positif. 
Salam hangat,  

Operator Telephone   
 
Waktu saya masih amat kecil, ayah sudah memiliki telephone di rumah kami. Inilah telephone masa awal, warnanya hitam, di tempelkan di dinding, dan kalau mau menghubungi operator, kita harus memutar sebuah putaran dan minta disambungkan dengan nomor telephone lain.
Sang operator akan menghubungkan secara manual.
Dalam waktu singkat, saya menemukan bahwa, kalau putaran diputar, sebuah suara yang ramah, manis, akan berkata :   
“Operator ” Dan si operator ini maha tahu.

Ia tahu semua nomor telephone orang lain. Ia tahu nomor telephone restaurant, rumah sakit, bahkan nomor telephone toko kue di ujung kota.
Pengalaman pertama dengan sang operator terjadi waktu tidak ada seorangpun di rumah dan jempol kiri saya terjepit pintu. Saya berputar-putar kesakitan dan memasukkan jempol ini ke dalam mulut tatakala saya ingat …operator! !!
Segera saya putar bidai pemutar dan menanti suaranya.
” Di sini operator…”
” Jempol saya kejepit pintu…” kata saya sambil menangis. Kini emotion bisa meluap, karena ada yang mendengarkan.  
” Apakah ibumu ada di rumah?” tanyanya.        
” Tidak ada orang”  
” Apakah jempolmu berdarah?”   
” Tidak, cuma warnanya merah, dan sakiiit sekali”   
” Bisakah kamu membuka lemari es?” tanyanya.   
” Bisa, naik di bangku”   
” Ambillah sepotong ice dan tempelkan pada jempolmu….”
Sejak saat itu saya selalu menelephone operator kalau perlu sesuatu. Waktu tidak bisa menjawab pertanyaan ilmu bumi, apa nama ibu kota sebuah negara. Tanya tentang mathematics. Ia juga menjelaskan bahwa tupai yang saya tangkap untuk dijadikan binatang peliharaan , makannya kacang atau buah.

Suatu hari, burung peliharaan saya mati. Saya telpon sang operator dan melaporkan berita duka cita ini.
Ia mendengarkan semua keluhan, kemudian mengutarakan kata kata hiburan yang biasa diutarakan orang dewasa untuk anak kecil yang sedang sedih. Tapi rasa belasungkawa saya terlalu besar.Saya tanya: “Kenapa burung yang pintar menyanyi dan menimbulkan sukacita sekarang tergeletak tidak bergerak di kandangnya?”
Ia berkata pelan: “Karena ia sekarang menyanyi di dunia lain….”
Kata-kata ini – ngga tau bagaimana – menenangkan saya. Lain kali saya telephone dia lagi.
“Di sini operator”  
“Bagaimana mengeja kata kukuruyuk?”
Kejadian ini berlangsung sampai saya berusia 9 tahun.

Kami sekeluarga kemudian pindah kota lain. Saya sangat kehilangan “Di sini operator” 
Saya tumbuh jadi remaja, kemudian anak muda, dan kenangan masa kecil selalu saya nikmati. Betapa sabarnya wanita ini. Betapa penuh pengertian dan mau meladeni anak kecil.

Beberapa tahun kemudian, saat jadi mahasiswa, saya study trip ke kota asal. Segera sesudah saya tiba, saya menelpon kantor telephone dan minta bagian “operator”  
“Di sini operator” Suara yang sama. 
Ramah tamah yang sama.    
Saya tanya: “Bisa ngga eja kata kukuruyuk”
Hening sebentar. Kemudian ada pertanyaan: “Jempolmu yang kejepit pintu sudah sembuh kan?”
Saya tertawa. “Itu Anda… Wah waktu berlalu begitu cepat ya.”
Saya terangkan juga betapa saya berterima kasih untuk semua pembicaraan waktu masih kecil. Saya selalu menikmatinya. Ia berkata serious: “Saya yang menikmati pembicaraan dengan mu. Saya selalu menunggu nunggu kau menelpon”
Saya ceritakan bahwa, ia menempati tempat khusus di hati saya. Saya bertanya apa lain kali boleh menelponnya lagi.   
“Tentu, nama saya Saly”    
 
Tiga bulan kemudian saya balik ke kota asal. Telephone operator.    
Suara yang sangat beda dan asing.   
Saya minta bicara dengan operator yang namanya Saly.
Suara itu bertanya “Apa Anda temannya?”   
“Ya teman sangat lama.”   
“Maaf untuk kabarkan hal ini, Saly beberapa tahun terakhir bekerja paruh waktu karena sakit sakitan, dan dia meninggal lima minggu yang lalu….”
Sebelum saya meletakkan telephone, tiba tiba suara itu bertanya:    
“Maaf, apakah Anda bernama Paul?”   
“Ya”
“Saly meninggalkan sebuah pesan buat Anda. Dia menulisnya di atas sepotong kertas, sebentar ya….” 
Ia kemudian membacakan pesan Saly:  
“Bilang pada Paul, bahwa IA SEKARANG MENYANYI DI DUNIA LAIN… Paul akan mengerti kata kata ini….”
Saya meletakkan gagang telephone.   
Saya tahu apa yang Saly maksudkan.   
 
“Selamat bernyanyi di dunia lain, Sally, sahabatku, operator telephone yang bagiku tidak ada duanya di dunia ini”, ucap saya dalam hati.
0

Cerita Hikmah : Semangkuk Mie

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?” “Ya, tetapi, aku tidak membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa nona?” tanya si pemilik kedai. “Tidak apa-apa, aku hanya terharu” jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi ! Tetapi… ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang lalu berkata:
“Nona, mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya.”

Ana terhenyak mendengar hal tsb.
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg harus diucapkan kepada ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah
“Ana, kau sudah pulang. Cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang”
Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukan ibunya.
 
Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.
1

Bila Hati Rindu Menikah (bahagia merayakan cinta)




oleh rara ibn abu thalib,

Dear Ukhti………
apa kabar imanmu hari ini?
semoga selalu menapak maju
apa kabar hatimu hari ini?
semoga selalu bersih dari debu juga kelabu
apa kabar cintamu hari ini?
semoga selalu berpeluh rindu pada Nya…


Ukhti..
sungguh indah hidup setelah menikah
apa yang sebelumnya haram menjadi halal
semua perbuatannya mendapat pahala yang berlimpah di sisiNya
suka duka dilalui berdua
senang sedih ada yang menemani
tawa tangis pun bersama


Ukhti..
menikah adalah setengah dien,

dan ia menggenapkan dien menjadi satu…
sungguh, menikah seperti melihat dunia lain
yang tiada pernah dikunjungi sebelumnya…
apa yang tidak bisa dilihat sebelum menikah
kini tidak lagi,
seakan membuka mata kanan
yang sebelumnya belum pernah dibuka
begitu luas, begitu indah,
hingga Rasul pun menyunnahkan suatu pernikahan ini:

“bukan termasuk  ummatku, jika ia berkeinginan tidak menikah…”

Ukhti..
menikah adalah keputusan besar dari suatu perjanjian berat
pernah ada yang berkata..
“saat akad diucapkan Arsy tertinggi berguncang karena suatu perjanjian
berat diucapkan, karena itu saat akad terjadi ada tangis disana..tangis
suka, tangis duka…”
Allah menjadi saksi karena Dia Yang Maha Melihat lagi Menatap
dan setiap undangan yang datang akan mendoakan pernikahan ini


Ukhti..yang sedang menanti “terkasih”
nanti-lah dengan sabar…
sungguh, Allah Maha Tau yang terbaik untuk dirimu
siapkan dirimu, hatimu..
sangat mudah bagiNya memberikan “terkasih” untukmu
ataupun tidak berharap
dan mintalah padaNya..
pemilik alam raya dan pencipta “terkasih”mu



Ukhti..yang sedang menjelang akad
berdoa-lah selalu padaNya
penentu segalaNya…
mohon petunjukNya jika “terkasih” adalah yang terbaik untukmu
kemudahan, juga kelancaran dalam peristiwa besar nanti
sungguh, Allah Maha Tau yang terbaik untuk dirimu..
siapkan dirimu, hatimu..



Ukhti..yang telah menikah
jagalah nikmatNya yang besar ini
hanya dengan izinNya dirimu dan “terkasih”mu bersatu,
tiada yang lain…
jadilah penyejuk hati dan pandangannya..
menjadi istri sholehah dambaan..


Ukhti..
bahagiamu adalah bahagiaku
sedihmu juga sedihku
tawamu, tawaku juga
tangismu adalah tangisku
semoga Allah Yang Maha Indah,
memudahkan langkah ini..
memberikan yang terbaik menurutNya
dan menjadikan wanita dan istri juga ibu sholehah…



Kupersembahkan untuk seluruh akhwat fillah yg ingin, akan atau sedang mempersiapkan serta yang sudah menuju kesana… semoga bisa menjadi renungan yg bermanfaat…
author: unknown
Siguiente Anterior Inicio